Selasa, 29 April 2008

44 Tahun HUT Kecamatan Long Bagun

- Upaya Pemekaran Kabupaten Kayaan Mekaam

KAMIS 22 November 2007, tepat pukul 08.00 wite, penulis bersama-sama teman-teman dari Humas Protokol Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur berangkat menuju ke Kecamatan Long Bagun guna menghadiri festival pagelaran seni dan budaya Kayaan Mekaam yang diselenggarakan di ibukota Kecamatan yaitu Ujoh Bilang. Awalnya rombongan berkumpul di Kantor Bupati Kubar kemudian bersama-sama berangkat menuju pelabuhan Tering dengan menggunakan speedboat milik Pemkab Kubar Setkab III.

Perjalanan menuju Kampung Ujoh Bilang ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam. Banyak kampung yang berdiri di sepanjang sungai Mahakam, yang menghiasi perjalanan rombongan menuju Kecamatan Long Bagun seperti Kampung Ujoh Halang, Kelian Luar, Mamahak Teboq, Lutan, Datah Bilang, Rukun Damai, Long Daliq, Long Iram, Kampung Bugis, Bayan, Kelubaq, Muara Leban dan tidak ketinggalan adalah pulau Kuning dimana terdapat kuburan keramat yang banyak sekali didatangi oleh orang-orang yang mencari ilmu kebatinan dan ingin sukses dalam usaha, karir dan cinta. Hingga kini tidak diketahui siapa yang bersemayam disana, hanya saja konon cerita kalau air banjir pulau ini khususnya kuburan yang berwarna kuning ini tidak pernah tenggelam.

Setelah menempuh waktu sekitar 2 jam, rombongan beristirahat sebentar di Kampung Datah Bilang Kecamatan Long Hubung untuk mengisi kampung tengah alias lapar dan mengisi bahan bakar speedboat yang berkekuatan 200 PK dengan motorisnya Aidi. Setelah sekitar 40 menit makan pagi walaupun sudah siang hari jadi sekaligus makan siang, kamipun berangkat menuju Kecamatan Long Bagun. Tepat pukul 12.00 wite tiba di dermaga Kecamatan Long Bagun, ketika tiba disana kami suasana kampung biasa-biasa seperti tidak ada aktifitas sedikitpun ternyata keramaian terkonsentrasi di lamin adat “Amin Adat”.

Kami terus berjalan meninggalkan dermaga menuju rumah dinas Camat Long Bagun Rosalina Song, kemudian disambut dengan upacara adat Napoq (penyapaan) yang dilaksanakan oleh isteri Kepala Adat Besar Long Bagun Magdalena Payaq Hang, dengan memberikan satu persatu kepada kami gelang manik (Lekuuq) yang menandakan rombongan yang datang adalah tamu dari luar kampung sehingga tidak boleh diganggu oleh siapapun, baik penunggu kampung maupun warga kampung. Namun dalam kesempatan itu juga isteri Kepala Adat Besar Kecamatan Long Bagun yang nama suaminya Konstantinus Luhat Igang memberi nama adat Bahau Busang kami. Untuk Christianus Arie Abeh diberi nama Lejau, Melanie diberi nama Tipung, Yunus diberi nama Madang, Tommy diberi nama Blareq, Robby diberi nama Blawing, John Wesley diberi nama Bahalan dan Penulis diberi nama Lawing.

Seusai melaksanakan upacara adat Napoq, kami melanjutkan perjalanan ke Penginapan Maya untuk beristirahat, namun saat sedang enak-enaknya beristirahat, tepat pukul 14.00 wite, Camat Long Bagun Rosalina Song memanggil kami untuk meliput kegiatan pemasangan tugu prasasti HUT Kecamatan Long Bagun. Dengan perasaan lelah kami beranjak menuju lamin adat dan ternyata disana sudah banyak warga Long Bagun berkumpul terutama kaum pria, kemudian mereka berjalan beramai-ramai dari lamin adat “Amin Adat menuju ke belakang kampung tepatnya diperbukitan kampung yang berjarak sekitar 500 meter untuk mengambil tugu prasasti yang terbuat dari kayu ulin yang usianya sudah ratusan tahun. Kayu ulin yang memiliki lingkaran sekitar 90 centimeter, dicat berwarna coklat sewarna dengan kulit ulin. Sementara itu di lingkaran ulin itu dihiasi ukiran dayak berupa ukiran bunga, manusia dan segala macam binatang, sedangkan diatasnya berbentuk ukiran kepala naga, rusa dan burung. Sedangkan dibagian belakang terdapat ukiran topeng menyerupai muka manusia dan dibawahnya tertera nama 13 camat yang telah memerintah Kecamatan Long Bagun sejak terbentuk tahun 1963. yaitu Muhammad Kudsie dari tahun 1963-1970, Liang Hong Jeng dari tahun 1970-1976, John Aminuddin BA dari tahun 1976-1979, John Gimax Sombeng BA dari tahun 1979-1982, Drs Lidjo Kaya MM dari tahun 1982-1985, Drs Murni Neri dari tahun 1985-1992, Drs Stanislaus Liah dari tahun 1992-1997, Drs Paul Usat Liban dari tahun 1997-2000, Drs Fernandus dari tahun 2000-2003, Ibau Liq dari tahun 2003-2004, Yan Nasir Ssos dari tahun 2004-2005, Laurensius Paran dari tahun 2005-2006 dan Rosalina Song dari tahun 2006 hingga sekarang.

Tugu prasasti itu diangkut oleh kaum pria yang bertubuh gagah dan kuat dan jumlah hampir mencapai ratusan orang baik tua dan muda bersama-sama mengangkat tugu prasasti yang terbuat dari kayu ulin dengan berat hampir mencapai 500 kilogram dengan menggunakan tandu yang telah diikatkan pada tugu tersebut. Sebelum diangkat menuju kantor Kecamatan Long Bagun, terlebih dahulu Kepala Adat Besar Long Bagun Konstantinus Luhat Igang membacakan doa-doa permohonan kepada penguasan alam semesta agar merestui penggunaan ulin untuk dijadikan tugu prasasti peringatan HUT Long Bagun yang ke 44. Begitu selesai membacakan doa, Kepala Adat Besar ini memecahkan telur ayam kampung dan memoleskan ke setiap bagian tugu prasasti dan tak lama kemudian prasastipun diangkat. Sembari meneriakkan teriakan keras “Oooooo”, barisan pria tua dan muda perlahan-lahan bergerak meninggalkan lokasi semula tempat diukirkan kayu ulin yang dibuat selama tujuh hari yang dikerjakan oleh empat pengukir Long Bagun yaitu Jaang Kueng, Tului Lisang, Ding Bulan dan Hanyeq Jeno. Adapun makna dari tugu prasasti yang banyak didominasi ukiran Dayak ini menggambarkan masyarakat Long Bagun yang bersatu hati, bersatu pikir untuk membangun seni budaya dan pembangun di kecamatan ini untuk lebih maju sehingga tercapai masyarakat yang sejahtera.

Begitulah yang diungkapkan oleh M Sain saksi satu-satunya yang masih hidup dalam pembentukan Kecamatan Long Bagun yang berdiri pada tanggal 1 Oktober 1963. Katanya, masih segar dalam ingatan bagaimana pertama kali Kecamatan Long Bagun berdiri menjadi sebuah kecamatan yang memisahkan diri dari Kecamatan Long Iram, tepat 1 Oktober 1963 bersama Camat Long Bagun pertama M Kudsie dibantu empat staf berangkat ke Long Bagun, dan informasi didapat di Long Iram sudah ada mes pegawai kecamatan untuk tinggal. Namun ternyata begitu tiba di Kecamatan Long Bagun mes yang diungkapkan tidak sesuai dengan kenyataan, yang dindingnya hanya terbuat dari kulit kayu sehingga banyak lubangnya disana sini, sedangkan lantai terbuat dari bambu. Sementara suku Dayak kala itu masih tinggal di alam tidak seperti sekarang sudah punya rumah. Adapun tujuan dibentuknya Kecamatan Long Bagun dan dikirimnya pegawai kesini untuk membantu masyarakat Dayak dari ketertinggalan pendidikan sehingga mereka maju berpikir sehingga tercapai kesejahteraannya.

Ditambahkannya, meskipun dengan gaji Rp 250 dikala itu, bahkan untuk membeli rokok saja tidak bisa tetap memiliki semangat yang kuat untuk memajukan masyarakat Dayak yang kala itu masih hidup dalam keterbelakangan. Bahkan harus rela menggunakan perahu dayung menjelajah pedalaman Mahakam, karena kalah itu belum ada mesin perahu atau speedboat kala itu dibandingkan sekarang ini. Yang lebih menyedihkan lagi berdayung dari satu tempat ke tempat lain dan berkutak dengan keganasan riam Udaang yang perahunya ditarik dengan tali rotan saja tetap saja bersemangat, bahkan tidak segan-segan bermalam di tengah hutan. “Itulah resiko kala itu dari sebuah pekerjaan, dan itu sangat berbeda sekali dengan keadaan sekarang yang jauh lebih modern,” ujarnya menutup percakapan.

Akhirnya tugu prasasti yang diangkut ratusan pria dan wanita, tiba juga di depan Kantor Kecamatan Long Bagun yang berjarak 700 meter dari lokasi semula. Bahkan sewaktu memindahkan tugu prasasti itu banyak kejadian lucu, dimana banyak hiasan-hiasan dayak, spanduk HUT Kayaan Mekaam roboh karena tertarik oleh tandu yang terlalu lebar melebih lebar jalan, bahkan ada sebagian penonton yang membawa motor buru-buru menyingkirkan motor karena takut tertabrak tandu yang dibawa ratusan pria tua dan muda.

Kemudian tali tandu yang mengikat tugu itu satu persatu diputuskan, seusai itu kembali Kepala Adat Besar Long Bagun Luhat memanjatkan doa dengan rencana akan didirikan tugu prasasti sebagai tugu peringatan atas HUT Long Bagun yang ke 44. setelah itu Luhat meletakkan daun pisang ambon yang digulung dan memecahkan sebutir telur ayam kampung ke dalam lubang tiang. Begitu selesai para pria itu kembali bersama-sama menarik tugu itu untuk didirikan, dan dalam hitungan 10 menit akhirnya tugu peringatan itu berdiri yang nantinya akan diresmikan oleh Wakil Bupati Kubar H Didik Effendi Ssos.

Setelah berdiri kembali lagi Luhat melanjutkan prosesinya untuk merestui telah dipasang berdirinya tugu peringatan, kemudian disamping tugu itu ditancapkan tiga tiang bambu yang diatasnya diletakkan tiga buah telur ayam. Sambil memanjatkan doa, Luhat memecahkan sebutir telur dan dioleskan ke tiang tersebut, tiba-tiba dari sela-sela kerumunan manusia yang memadati lapangan, menyeruak seekor babi putih yang dimasukkan dalam karung plastik dan seekor ayam jantan. Tidak berapa lama kemudian Luhat memerintahkan beberapa orang pemuda untuk segera menyembelih kedua hewan tersebut, dalam sekejap mengucur darah segera dari kedua leher hewan tersebut dan membasahi tanah dekat tugu itu berdiri. Pada saat darah itu sudah mau habis, pembantu adat menyorong sebuah piring kecil untuk menampung darah tersebut, setelah merasa cukup piring itu diserahkan kepada Luhat, dan dengan pelan-pelan diambilnya piring itu dan kemudian Luhat kembali berdoa sambil mengoleskan darah kedua binatang itu kepada tugu prasasti. Begitu darah itu dioles nampak warga Long Bagun mulai dari anak-anak berebutan mengambil darah dari dalam piring yang dipegang Luhat untuk mengoles darah itu ke tugu peringatan itu. Bahkan tertangkap oleh Penulis seorang anak gadis yang masih duduk di SMP sambil mengoles darah ia memanjatkan permohonan agar Dalam menghadapi ujian kelulusan dapat lulus dengan nilai baik. MAHP


1 Komentar:

Pada 2 September 2008 pukul 21.15 , Blogger Ir.Christian Fernando.MSc mengatakan...

ai aruq urip kayan mekam ..aruq urip lung bagun...murip sayuq ngelimaan ngeturaan tuwaq nah tam kelunaan murip haq kayan mekam
pejiq kenap..pejiq pekat..pejiq pahap menghadap tantangan urip kerai niq,salam dayuq dengah tuwaq untuk pah peloq hinaq dengaan kui haq tanaq ngeturaan,tanaq kayan mekaam.cucuruyut06@yahoo.co.id

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda